Minggu, 06 November 2011

Kumpulan Gambar (Sketsa) Desain Rumah


Saya sering kali mendapat kiriman email atau komentar-komentar di weblog ini yang meminta referensi desain rumah, perlu diketahui bahwa antara 1 desain dengan desain yang lain selalu berbeda. Hal yang menyebabkan setiap desain berbeda adalah: space/lahan yang akan ditempati membangun rumah atau bangunan biasanya tidak sama, dan kebutuhan ruangan dari tiap-tiap keluarga juga berbeda.
Tetapi untuk sekedar referensi, atau jika kebetulan ada dari gambar-gambar (sketsa) yang saya tampilkan berikut ini ada yang sesuai dengan kebutuhan anda dan areanya (space) juga tersedia silahkan saja anda pergunakan.
Desain Rumah-1
Desain Rumah 1 - First Floor
Gbr 1.1 – First Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah 1 - Second Floor
Gbr 1.2 – Second Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-2
Desain Rumah 2 - First Floor
Gbr 2.1 – First Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-3
Desain Rumah 3 - First Floor
Gbr 3.1 – First Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah 3 - Second Floor
Gbr 3.2 – Second Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-4
Desain Rumah 4 - First Floor
Gbr 4.1 – First Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah 4 - Second Floor
Gbr 4.2 – Second Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-5
Desain Rumah 5 - First Floor
Gbr 5.1 – First Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah 5 - Second Floor
Gbr 5.2 – Second Floor (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-6
Gbr 6.1 – Floor Plan (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-7
Gbr 7.1 – Floor Plan (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-8
 
Gbr 8.1 – Floor Plan (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-9
 
Gbr 9.1 – Floor Plan (Klik untuk memperbesar)
Desain Rumah-10
 
Gbr 10.1 – Floor Plan (Klik untuk memperbesar)
Gambar-gambar diatas adalah kumpulan beberapa gambar sketsa yang tidak jadi dipergunakan, dalam artian sang owner meminta revisi sehingga gambar-gambar itu menjadi tidak terpakai, dan saya pikir akan lebih baik ditampilkan di web ini saja, karena mungkin pada beberapa pengunjung.. gambar-gambar ini dapat dijadikan referensi atau mungkin dipergunakan.
Tags: ‘Home Design’ ‘Desain Rumah’ ‘Desain Rumah Mungil’ ‘Desain Rumah 1 Lantai’ ‘Desain Rumah 2 Lantai’ ‘Kumpulan Gambar Desain Rumah’ ‘Kumpulan Gambar Sketsa Desain Rumah’ ‘Desain Rumah Dengan Kolam Renang’ ‘Modern Home Design’ ‘Minimalist Modern Home Design’ ‘Modern Tropical Home D

Related Post:

Sabtu, 05 November 2011

Beberapa Pertimbangan Dalam Memilih Atau Membeli Rumah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh manusia. Karena rumah merupakan tempat untuk mereka tinggal, tidur, berteduh, dan berlindung dari segala sesuatu yang mungkin bisa membahayakan diri mereka. Oleh karena itu, memiliki sebuah rumah tentunya menjadi idaman setiap manusia hidup, apalagi yang sudah berkeluarga.
Memilih rumah bisa dikatakan gampang-gampang susah, mengingat harganya yang tidak bisa dikatakan murah dan biasanya juga akan digunakan seumur hidup maka diperlukan pertimbangan yang matang sebelum anda menjatuhkan pilihan kepada salah satu proyek perumahan yang anda incar.

Selasa, 01 November 2011

Bagaimana Mengatur Kamar Tidur Anda

Cara Anda mengatur kamar tidur dan furniture didalamnya dapat merubah nuansa didalam ruangan tersebut.
Menata kamar tidur dan furniture yang ada didalamnya bisa menjadi sebuah tantangan untuk dilakukan, tantangan tersebut akan semakin menarik jika anda harus menata berbagai furniture berukuran besar didalam kamar tidur yang berukuran kecil. Idealnya kamar tidur adalah tempat paling privat didalam rumah dan mungkin cenderung sakral bagi orang lain, karena sifatnya yang privat dan cenderung sakral maka kamar tidur tersebut harus ditata dan diatur sedemikian

RUMAH TAHAN GEMPA

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang rawan gempa, karena di dasar samudera negara kita ini terdapat tiga lempeng, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang bila bertumbukan akan menghasilkan gempa tektonik.

Secara alamiah, fenomena alam tersebut tidak bisa dihindari. Sebab lempeng-lempeng yang ada di negara kita itu merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif. Pergerakan itu dipicu antara lain oleh air laut dan samudera. 

Sekitar 71 persen wilayah bumi kita ini terdiri atas laut dan samudera, atau dengan kata lain berupa air. 

Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran dan tumbukan.

Pergeseran tersebut memang memungkinkan terjadinya tumbukan. Ada kalanya pergeseran itu menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba, sehingga terjadi ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat yang disebut sebagai gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari karena memang bagian dari evolusi bumi.

Nah, walaupun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah tahan gempa. Ketika gempa dan tsunami melanda Aceh tahun 2004 lalu, sebagian besar rumah tradisional (berbahan kayu) masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang sering terjadi ratusan gempa, bahan dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat dari kayu dan kertas ditambah lagi dengan pintu yang digeser kesamping, serta meja ala jepangnya yang hampir menyentuh lantai.

Kini dengan teknologi barunya, Jepang menciptakan rumah Barier adalah rumah bola nomaden yang memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya, tahan gempa dan bisa mengapung di air. 

Rumah bola ini dibuat berdasarkan Hukum Bernauli yang berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah suatu benda, maka benda tersebut mengalami tekanan gaya ke bawah. Dinding rumah ini terdiri dari 32 sisi. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya yang merata di 32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan rumah bola ini memiliki kekuatan yang merata pada setiap bagiannya.

Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu mengalirkan udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil) dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan kayu. Makanya, sela-sela kerikil inilah yang dimanfaatkan untuk mengalirkan udara

Jika terjadi banjir, rumah ini akan secara otomatis bisa mengapung di atas air. Hanya saja tidak bisa dikendalikan oleh penghuni rumah bola tersebut. Mereka akan terbawa terus oleh arus. Walaupun demikian, rumah Barier ini juga bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Menurut perusahaan World Window yang berlokasi di Timinaga, Yamagata city, terdapat beberapa ukuran tipe rumah Barier, yaitu ada ukuran 3S, 3SL, 2S, S, M dan L.

Sementara di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Konsep knock down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini telah digulirkan sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ.

Struktur utama rumah tahan gempa ini tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang di bawah dinding rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut rumah. Konsepnya mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu. Dengan penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa fleksibel. Jika menggunakan model fondasi seperti rumah-rumah konvensional, hampir dipastikan akan mengalami keretakan atau patah saat dilanda gempa hebat, jelas Direktur Akademi Teknik Mesin, Surakarta, itu.

Rumah tahan gempa, berdasarkan analisa data dari http://www.ristek.go.id adalah sebagai berikut: 

Konsep Dasar 

Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.

Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan.

Pondasi

Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara ponadsi dengan sloof tidak lepas.

Dinding

Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel disatukan dengan kayu kusen atas.

Kolom

Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam adukan beton sloof. 

Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda-kuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela. 

Atap

Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap menggunakan seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa disebut dengan batang lintel

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan tarik dan sambungan tekan. 

Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini dikamsudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.

Senin, 31 Oktober 2011

PERHITUNGAN PLAT LANTAI

Perhitungan pelat lantai sederhana (part 2)



Pelat tipe A ini adalah pelat lantai yang terjepit pada ke-empat sisinya, dengan sisi panjang nya (ly) = 4 meter, dan panjang sisi lebar nya (lx) = 2,5 meter, sehingga ly/lx = 1,6
Nilai ly/lx ini dicari untuk mendapatkan momen yang sesuai dengan tabel 13.32. PBI 1971
Menghitung Pembesian Pelat
Untuk menghitung pembesian pelat tipe A, perlu dihitung momen-momen pada pelat tersebut.Dalam menghitung momen pelat, jarak terhadap gaya atau beban yang ada dihitung langsung ke arah x dan arah y.Dengan demikian, penghitungan momen pada pelat lantai digunakan tabel 13.32.2 dari PBI 1971. Dengan ly/lx = 1,6 maka diperoleh
  • Momen ke arah x ( Mlx)         = – Mtx            = 0,058 * q * lx2
= 0,058 * 0,498 * 2,52
= 0,181 tm
  • Momen kea rah y (Myx)         = -Mty            = 0,036 * q * lx2
= 0,036 * 0,498 * 2,52
= 0,112 tm
Keterangan :
  • Arah x = perhitungan ke arah lebar pelat
  • Arah y = perhitungan ke arah panjang pelat
  • Mlx       = momen lapangan ke arah x
  • Mtx       = momen tumpuan ke arah x
  • Mly       = momen lapangan ke arah y
  • Mty      = momen tumpuan ke arah y
Dari pembebanan pelat lantai atap yang sudah dihitung momennya tersebut, dapat dihitung besi yang akan digunakan untuk pelat tersebut. Pembesian pelat ini dihitung per meter panjang (m1).Sementara momen ke arah x (Mlx) = 0,181 kgm.Namun, sebelum menghitung pembesian tersebut perhatikan gambar denah pembesian pelat atap.
Tebal pelat bersih (h) diperoleh dengan rumus berikut :
h= ht – d
= 10 – 1/10 ht
= 10 – 8  = 8 cm
Denah pembesian pelat
Selanjutnya dihitung dahulu perbandingan antara tegangan baja tarik dan n kali tegangan tekan beton di serat yang paling tertekan pada keadaan seimbang.Tujuannya untuk pembesian dengan ketentuan
Untuk mendapatkan pembesian pelat ruang dapur tersebut digunakan perhitungan lentur dengan cara “n” sebagai berikut :
Berdasarkan PBI 1971 disebutkan bahwa tulangan minimum pelat ialah :
A min = 0,25 * b * ht
= 0,25 * 100 * 10
= 2,5 cm2
Bila menggunakan tulangan 8 mm atau 0,8 cm, maka luas penampang tulangan adalah :
A = 0,25 * pi * d2
= 0,25 * 3,14 * 0,82
= 0,502 cm2
Catatan : Menurut ketentuan, untuk rumah tinggal digunakan tulangan 8 mm, sedangkan ruko 10 mm dan untuk gedung bertingkat banyak seperti perkantoran dan pertokoan 10 – 12 mm ( tergantung luas pelat dan besar kecilnya beban-beban yang bekerja pada pelat tersebut ) tapi kok saya pernah liat bang tingkat 3 pake tulangan 20 mm ya ???wkwkwkwk
Banyaknya tulangan

kolom

Kolom merupakan salah satu bagian struktur konstruksi yang penting. Untuk merencanakan sebuah kolom, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
A. Analisa
  1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
  2. Reduksi Momen Inersia
    Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
  1. Kombinasi Pembebanan.
    Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
  2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
    Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
    Tabelnya adalah sebagai berikut:
    Jumlah lantai yang dipikulKoefisien reduksi
    11.0
    21.0
    30.9
    40.8
    50.7
    60.6
    70.5
    8 atau lebih0.4
    Contoh cara penggunaan:Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
    - Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
    - Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
    - Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
    - Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
    - Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
    Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN.
    Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
    Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
  1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.
  2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Ukuran penampang kolom.
    Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
  2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
  3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
    Catatan:
    - toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
    - Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.
  4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
    Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.
  5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.
  6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
    Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)
  7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
    Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.